aku benci tubuhku yang lemah. seolah menyerah bahkan sebelum kalah. aku benci dengan kondisi seprti ini, dikasihani , harus dibantu walau hanya ingin berdiri. aku lebih benci melihat cairan dari kantung yang menetes ke tubuh yang terhubung dengan besi. tapi saat ini aku hanya bisa berganti posisi. ke kanan atau ke kiri.

sesaat aku mulai merasa kehilangan jari kelingkingku, jari manis, sampai ibu jari. Selang beberapa waktu merambat ke seluruh tangan kiri. Mati rasa. Ya Allah, matikan juga hati ini. Kebalkan hati ini agar tak terus merasa bahwa Engkau tak adil karena memberikan kelemahan ini. Kebalkan juga hati ini, karena pada saat-saat lemah dalam penyakit yang Kau berikan ini pun, aku masih merasakan sakit yang sama. Sakit karena mencinta.

 ****

Mata ini tak bisa dicegah untuk mengagumi karya tuhan yang indah. Mata ini pun memiliki system kerja tersendiri yang tak bisa kujaga untuk tak memperhatikannya. Tarikan itu terlalu kuat, seperti magnet yang berbeda kutub dalam jarak dekat.

Dia berbeda dengan caranya, dan aku pun punya cara tersendiri mengaguminya,hanya berdiri dari satu sisi dan menjaga spasi di antara kami. Aku tak pernah mengakui kalau aku telah jatuh cinta, aku takut mengakui itu. Aku takut jatuh cinta. Aku takut salah jatuh cinta.

Apa yang dinamakan dengan cinta?
Hampir setiap orang memiliki definisi yang berbeda tentangnya
Banyak cerita yang menurut mereka adalah bias dari cinta
Ada yang bilang cinta itu rasa
Ada juga yang bilang cinta itu abstrak, tidak pernah tahu apa rasanya.
Pernah dengar kalau cinta itu buta
Tapi pernah juga  dengar bahwa cinta berasal dari mata lalu turun ke hati
di sebuah film bilang bahwa cinta itu sahabat,
tapi lebih banyak lagi film yang mengangkat tentang cinta pada pandangan pertama.
Pemusik banyak yang bilang bahwa cinta penuh nada
Namun mengapa banyak yang kesepian karena cinta
Pujangga bilang cinta itu karunia, telah ditentukan Yang Maha Kuasa
Lalu bagaimana mensyukuri ketika salah jatuh cinta?

Aku ingin ketika datang saatnya aku jatuh cinta, aku hanya jatuh tapi tanpa luka. Tapi semenjak kapan Tuhan pernah memberi kesempatan kepada makhluknya untuk memilih cintanya sendiri. Maka sebenarnya aku telah jatuh cinta kepadanya, dan mulai membuat luka itu sendiri dengan terus menatapnya. Memperdalam luka dengan merindunya.
Saat ini aku penuh cinta, tapi aku ragu untuk membagi itu kepadanya. Setiap perhatian yang aku berikan selalu sebanding dengan besar harapan yang aku inginkan. Semakin besar harapan itu semakin besar pula kehancuran yang akan kurasakan. Bukan salahnya, tapi resiko yang harus aku terima.

Saat ini aku hanya bisa menikmati setiap momen nya. Kagum, berharap dan terluka, kagum lagi, berharap lagi, kemudian terluka lagi. Begitu seterusnya. Tapi tahukah kalian bahwa aku benar- benar menikmatinya. Bahwa kebahagiaan terselip di setiap momennya.

 ***

Aku sedih ketika dia sedih, aku terluka saat dia patah hati, aku bimbang saat dia sakit. Tapi aku juga menangis ketika dia jatuh cinta. Aku marah ketika dia bahagia bukan karena ku. Aku kecewa hanya mendapat sisa dari perhatiannya.

Aku ingin menyaLahkan Tuhan...
tapi hati kciLku berteriak, "Hey, Tuhan tak pernah saLah...!!!"
Lalu kenapa aku yang harus mengaLAminya..?
"Karena kamu bisa mengatasinya"
LaLu kenapa aku tak dibri cara?
"Agar kamu berusaha"
LaLu kenapa ada derita?
"Agar kau dpat menghargai suatu kebahagiaan.."

Untuk malam yang kesekian kalinya, airmata ini mengalir tanda batas kelelahan manusia yang biasa. Manusia dengan garis batas kesabaran yang rendah. Aku bukan tak punya tempat menumpahkan segala apa yang aku rasa. Aku punya teman terhebat yang selalu sedia.Tapi aku tak bisa bercerita, lingkaran itu menghasilkan kejenuhan. Bercerita tentangnya merupakan “Topik panasku” yang membosankan.

Tapi aku menemukan pengganti mereka. Aku menjadikan diriku sendiri untuk teman bercerita. Lebih lega dan lebih leluasa. Lama aku berkutat dengan kesedihan, sedih karena tak pernah berhasil mendapatkan cinta, sedih karena aku pun tak pernah bisa berhenti mencintainya.

Lalu Aku mempelajari sesuatu yang berharga, bahwa hatiku cukup luas untuk menyimpan satu cinta. Aku tak perlu berhenti untuk mencintainya. Aku hanya perlu memperkecil porsi cintaku kepadanya lalu letakkan cinta itu di salah satu sudut hati kita.

Biarkan cinta yang lain mengisi sudut satunya, sekecil apapun itu, biarkan ia bersarang disana, perlahan membangun isatana, memperluas lahannya di hati kita. Jadi aku tetap bisa mencintai orang lain sekaligus mencintainya, dengan cara yang berbeda.