PULANG

Apa itu kembali?
Apa yang biasa kalian bilang “pulang”?
Dulu, pulang artinya kembali ke rumah
Rumah dimana aku dilahirkan
Rumah dimana aku dibesarkan
Rumah dimana aku dan keluarga memulai perjalanan

Sekarang aku dalam perjalanan “pulang”
Tapi ke rumah dimana aku mulai berjuang
Ah...bukan berjuang dalam medan perang
Hanya usaha membentuk masa depan yang tenang

Sekarang aku dalam perjalanan pulang
Bukan ke rumah dimana cinta tumbuh dari darah yang sama
Tapi aku menuju keluarga yang tumbuh dalam tujuan yang sama
Sederhana tapi bermakna, ada walau diucap tanpa kata

7 April 2012
By           : Ichan Almuthahar
At           : Kereta Harina (Semarang-Bandung)

HARAPAN PENDUDUK DESA


Bisakah kalian bayangkan sebuah desa yang lama kekeringan, kini dibasahi walau hanya dngan gerimis? Penduduknya akan kesenangan, bahagia tak tertepiskan, lalu kemudian tumbuh bersama harapan. Harapan bahwa hujan akan datang lagi, mungkin lebih besar. Tapi jika itu memang tidak mungkin, gerimis seperti kemarin pun sudah sangat menyenangkan.
Aku ibarat penduduk desa itu. Sudah lama kehilangan orang yang memberikan harapan, sudah lupa bagaimana rasanya diperhatikan bahkan tak ingat lagi kapan terakhir kali aku menunggu sebuah kedatangan. Lalu kau datang hanya dengan sebuah senyuman. Seperti gerimis di desa yang kekeringan, senyum itu membasuh rasa haus akan kehadiran, mengingatkan aku bagaimana rasanya berharap dan keheningan hidup hilang dalam sekejap.
Namun aku lupa untuk bersyukur dengan kehadiranmu, lalu berharap akan lebih banyak lagi senyuman, berharap akan lebih sering lagi mendapat kehadiran dan terus menumbuhkan berbagai bentuk harapan. Besarnya kekecewaan berbanding lurus dengan besarnya harapan yang kita tanamkan. Maka kekecewaan itu tak dapat aku elakkan. Ternyata aku hanya penduduk desa kekeringan yang melihat fatamorgana. Semu. Senyum itu hanya gerimis kecil yang turun sementara. Bukan  pertanda akan adanya gerimis-gerimis kcil lainnya, apalagi hujan besar yang dapat membasahi kekeringan desa.
Aku mengharapkamu berlebihan.

OJT di Kantor Pos Karawang


Hmmm ternyata itu baru 10 ribu pucuk, masih ada 27 ribu pucuk lagi kiriman dari mitra Pos, Jiwasraya. Belum lagi datang yang 6000 pucuk entah dari mitra mana, lalu paket untuk dinas kesehatan, dan masih ada kiriman beberapa mitra lagi. Pak Nur, manager bagian Pemasaran benar-benar sudah “bekerja”, luar biasa malah. Tetapi ini yang membuat  kami, Peserta POK POS 2012 yang ditempatkan di Kantor Pos Karawang keteteran dengan kerjaan itu. Wong kerja aja baru ngerasa pas OJT ini. Tapi gak papa, ini malah pelajaran bagi kami. Buat apa on the job training tapi diem aja?
Kami beruntung banyak melakukan kesalahan dan ngalamin banyak masalah. Beruntung dapat ilmu dari masalah itu maksudnya. Bayangkan kalau tadi printer yang di pakai buat print Resi (bukti kiriman) itu lancar-lancar aja? Kami gak bakal tahu kalau Resi yang macet tapi datanya udah ter-entri di sistem harus di tulis manual.
Beruntung kami tahu cara perbaiki resi yang rusak waktu lagi nge-print. Beruntung juga kami tahu lebih mudah jika surat-surat itu dikelompokkan per daerah dulu supaya lebih mudah ngentri datanya karena gak perlu setiap saat ganti kode pos.  belum lagi pelajaran yang secara tidak langsung kami dapat, bisa tahu ternyata daerah ini itu masuk dalam provinsi ini. Itu pengetahuan luar biasa bagi saya pribadi dengan track record nilai geografi di bawah rata-rata.
Pada intinya kami beruntung dapat tempat OJT di Kantor Pos Karawang yang welcome banget sama kami. Mereka tidak pelit dengan ilmu, kalaupun diam ketika ditanya itu karena mereka harus melayani pelanggan dulu. Ah, boleh dibilang saya yang malu, nanya-nanya petugas loket waktu vestibulle kami udah kayak antri tiket justin bieber. Hahahaha.
Kantor pos yang dibawah pimpinan Pak Teddi ini baru saja di renovasi gedungnya sehingga kesan “KUMIS” dari kantor Pos itu hilang. Lebih trendy, lebih keren, lebih modern. Sesuai dengan tujuan Pos Indonesia dalam modernisasi bisnis dan insan Pos Indonesia. Tampilan ini yang bikin pelanggan lebih puas, hanya sedikit masukan dari pengunjung mengenai “first service” yang belum ada di kantor tersebut.
“keselruhan saya puas, mas. Cuma kalo bisa ada yang di depan pintu buat ngarahin kami mesti kemana. Jadi gak bolak balik.” Kata seorang pengunjung saat ditanya tentang masukan yang dapat diberikan waktu dia lagi nunggu giliran bertransaksi.
Ah ya, benar. Mnurut saya itu perlu. Kalau tidak ada first service, mereka akan langsung ke petugas loket waktu pertama kali datang untuk bertanya. “kalau mau bayar listrik dimana ya mbak?” kalau mau beli materai dimana? Kalau mau kirim wesel dimana?” “mbak, kiriman saya belum nyampe gimana?. Pertanyaan seperti ini dapat memecah konsentrasi petugas loket dan juga dapat mengurangi waktu bagi pekerjaan mereka. kalau ada first service yang seperti dimaksud pelanggan yang diwawancara tadi, pertanyaan-pertanyaan tadi cukup sampai di depan pintu masuk saja, tanpa perlu harus ke loket terlebih dahulu. Lebih efisien.
Satu lagi, kalau saja seandainya ada mesin antrian di loket Kantor ini tentu saja akan membantu meningkatkan pendapatan kantor dan mengubah tipe kantor tersebut menjadi tipe B. Mesin antrian ini memang tidak murah, tapi kalau biaya untuk membeli mesin ini sebanding dengan pendapatan yang akan diraih, sepertinya pembelian mesin ini menjadi wajar.
Tapi satu yang saya salut dari Kantor Pos Karawang ini, petugas loket nya tidak hanya cantik tapi juga ramah. Harusnya saya sudah bisa menebak itu waktu tahu mereka menyambut kami dengan tangan terbuka, itu artinya mereka memang sudah terbiasa menerima pelanggan yang butuh pelayanan terbaik dari kantor pos.
Hampir satu minggu saya dibagian pelayanan kantor pos Karawang, bandung. Selain kekurangan yang dikarenakan kantor masih dalam masa renovasi, sepertinya kantor Pos ini sudah siap menyandang Peringkat dengan tipe B.

Ketika 4 Bulan Ini Terlunaskan (POK POS INDONESIA 2012)


22.00, 3 April 2012
Hari ini hampir berakhir, berarti hampir genap 82 hari aku bersama orang-orang yang memiliki keberuntungan yang sama denganku.  Mungkin aku lebih beruntung dari mereka. aku memiliki keberuntungan yang sama ditambah keberuntunganku mengenal mereka.
Aku tidak pernah meragukan permberian Tuhan ketika aku meminta. Aku berdoa meminta yang terbaik untukku dan Dia memberikan ini semua, maka aku tak pernah ragu untuk bersyukur bahwa inilah yang terbaik menurutNya. Aku bersyukur untuk pengumuman hari itu, aku bersyukur untuk selembar kertas yang membawaku mengenal mereka, aku bersyukur atas kesempatan untuk melunaskan 4 bulanku disini bersama mereka, 116 orang yang memiliki keberuntungan yang sama.
Lalu tentang sepenggal kisah mereka. Aku sempat bertanya-tanya, buat apa Tuhan mempertemukan mereka jika Tuhan tahu sebentar lagi mereka berpisah? Mengapa Tuhan memberikan waktu 4 bulan untuk mereka menanam rasa yang akhirnya belum tahu akan kemana. Tetap bersama atau memberikan kesempatan pada waktu untuk menimbun asa.
Sesungguhnya jawaban ini aku dapatkan malam ini. Sungguh jawaban yang sederhana menurutku. Sungguh hal yang sederhana dari sudut pandangku. Tuhan mempertemukan kita selama  empat bulan untuk mengenal, menanam rasa bagi mereka yang mengenal dengan cara yang berbeda. Hanya untuk satu hal. Untuk membuat suatu kenangan. Entah kenangan yang berhenti ketika 4 bulan ini terlunaskan atau berlanjut untuk dirajut indah sampai bertahun-tahun kedepan.
Sungguh hal yang sederhana. Namun tak pernah mati. Kenangan yang membungkus memori. Kenangan yang mengumpulkan potongan-potongan kisah kasih dan benci. Tahukah kalian bahwa Tuhan memberikan waktu  4 bulan ini, untuk membentuk kenangan yang pada hari nanti, jika belum saatnya memenuhi “janji”, untuk diceritakan kembali.  Melalui tawa pemimpin ketika mengenang betapa riuhnya mereka saat bernyanyi. Melalui ucapan terima kasih ketika menyadari ucapan itu harusnya terucap dulu, dulu sekali. Melalui kata maaf ketika ucapan itu harusnya terucap sebelum 4 bulan yang singkat ini terlunaskan.
4 bulan ini akan menjadi bagian tawa saat pertemuan itu terjadi,  menjadi pembuka katup rasa yang tak pernah terucapkan, menjadi celah untuk meredakan ketegangan setelah pertemuan yang tak kunjung henti, menjadi pencair suasana ketika kekakuan menjamah dari resminya rapat direksi. Bahkan mungkin, mungkin pada saat nanti, saat kita dipertemukan kembali kita menemukan potongan-potongan kisah yang belum pernah diketahui namun dapat melengkapi.

Ketika 4 bulan ini terlunaskan

Biarkan benci mencair ketika 4 bulan ini berakhir
Terlupakan, berdamai dengan hati!
Kenangan, berdamai dengan kami!
Maka 4 bulan ini terlunaskan

Jadikan tawa ini memori di penghujung 4 bulan ini
Terukir, pengingat hari nanti!
Jadikan waktu ini sebagai kesan
Maka 4 bulan ini terlunaskan!

Kita bersaing menjadi yang tertinggi
Tak ada dengki yang merusak diri
Terima semua untuk memotivasi
hanya dukungan yang diberikan
Maka 4 bulan ini terlunaskan!


NB:
Ini.. tulisan ini
Ketika kalian membacanya saat ini, atau terkenang nanti
Keluarkan saja caci, agar terus diperbaiki
Atau lupakan!!! Maka 4 bulan itu benar-benar terlunaskan!!!!
Terima kasih.