Hmmm ternyata itu baru 10 ribu pucuk, masih ada 27 ribu pucuk lagi kiriman dari mitra Pos, Jiwasraya. Belum lagi datang yang 6000 pucuk entah dari mitra mana, lalu paket untuk dinas kesehatan, dan masih ada kiriman beberapa mitra lagi. Pak Nur, manager bagian Pemasaran benar-benar sudah “bekerja”, luar biasa malah. Tetapi ini yang membuat  kami, Peserta POK POS 2012 yang ditempatkan di Kantor Pos Karawang keteteran dengan kerjaan itu. Wong kerja aja baru ngerasa pas OJT ini. Tapi gak papa, ini malah pelajaran bagi kami. Buat apa on the job training tapi diem aja?
Kami beruntung banyak melakukan kesalahan dan ngalamin banyak masalah. Beruntung dapat ilmu dari masalah itu maksudnya. Bayangkan kalau tadi printer yang di pakai buat print Resi (bukti kiriman) itu lancar-lancar aja? Kami gak bakal tahu kalau Resi yang macet tapi datanya udah ter-entri di sistem harus di tulis manual.
Beruntung kami tahu cara perbaiki resi yang rusak waktu lagi nge-print. Beruntung juga kami tahu lebih mudah jika surat-surat itu dikelompokkan per daerah dulu supaya lebih mudah ngentri datanya karena gak perlu setiap saat ganti kode pos.  belum lagi pelajaran yang secara tidak langsung kami dapat, bisa tahu ternyata daerah ini itu masuk dalam provinsi ini. Itu pengetahuan luar biasa bagi saya pribadi dengan track record nilai geografi di bawah rata-rata.
Pada intinya kami beruntung dapat tempat OJT di Kantor Pos Karawang yang welcome banget sama kami. Mereka tidak pelit dengan ilmu, kalaupun diam ketika ditanya itu karena mereka harus melayani pelanggan dulu. Ah, boleh dibilang saya yang malu, nanya-nanya petugas loket waktu vestibulle kami udah kayak antri tiket justin bieber. Hahahaha.
Kantor pos yang dibawah pimpinan Pak Teddi ini baru saja di renovasi gedungnya sehingga kesan “KUMIS” dari kantor Pos itu hilang. Lebih trendy, lebih keren, lebih modern. Sesuai dengan tujuan Pos Indonesia dalam modernisasi bisnis dan insan Pos Indonesia. Tampilan ini yang bikin pelanggan lebih puas, hanya sedikit masukan dari pengunjung mengenai “first service” yang belum ada di kantor tersebut.
“keselruhan saya puas, mas. Cuma kalo bisa ada yang di depan pintu buat ngarahin kami mesti kemana. Jadi gak bolak balik.” Kata seorang pengunjung saat ditanya tentang masukan yang dapat diberikan waktu dia lagi nunggu giliran bertransaksi.
Ah ya, benar. Mnurut saya itu perlu. Kalau tidak ada first service, mereka akan langsung ke petugas loket waktu pertama kali datang untuk bertanya. “kalau mau bayar listrik dimana ya mbak?” kalau mau beli materai dimana? Kalau mau kirim wesel dimana?” “mbak, kiriman saya belum nyampe gimana?. Pertanyaan seperti ini dapat memecah konsentrasi petugas loket dan juga dapat mengurangi waktu bagi pekerjaan mereka. kalau ada first service yang seperti dimaksud pelanggan yang diwawancara tadi, pertanyaan-pertanyaan tadi cukup sampai di depan pintu masuk saja, tanpa perlu harus ke loket terlebih dahulu. Lebih efisien.
Satu lagi, kalau saja seandainya ada mesin antrian di loket Kantor ini tentu saja akan membantu meningkatkan pendapatan kantor dan mengubah tipe kantor tersebut menjadi tipe B. Mesin antrian ini memang tidak murah, tapi kalau biaya untuk membeli mesin ini sebanding dengan pendapatan yang akan diraih, sepertinya pembelian mesin ini menjadi wajar.
Tapi satu yang saya salut dari Kantor Pos Karawang ini, petugas loket nya tidak hanya cantik tapi juga ramah. Harusnya saya sudah bisa menebak itu waktu tahu mereka menyambut kami dengan tangan terbuka, itu artinya mereka memang sudah terbiasa menerima pelanggan yang butuh pelayanan terbaik dari kantor pos.
Hampir satu minggu saya dibagian pelayanan kantor pos Karawang, bandung. Selain kekurangan yang dikarenakan kantor masih dalam masa renovasi, sepertinya kantor Pos ini sudah siap menyandang Peringkat dengan tipe B.